KULINER : MARKOBAR JAKARTA, Martabak Dengan Varian 8 Rasa Yang Menjadi Andalan.


Nama Markobar kini tak asing lagi sejak masyarakat tahu ada nama Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, di balik usaha martabak manis ini. Bermula dari Solo, kini Markobar telah membuka cabang di Jakarta, tepatnya di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat. Cabang pertama di Jakarta ini menempel dengan Restoran Sere Manis, di mana pemiliknya memang menawarkan lahan kosong di samping restorannya untuk ditempati Markobar. Markobar sendiri sebelumnya memang berniat melebarkan sayap ke Jakarta, Itu sebabnya, tahun 2015 Markobar sempat mengikuti dua kali pameran makanan di Kelapa Gading, yaitu saat Ramadhan dan di bulan November 2015 silam. Ternyata, warga Jakarta sangat antusias dengan martabak Markobar.

Saat pameran itulah, pemilik restoran Sere Manis menawarkan kerja sama, yang langsung disambut baik oleh Gibran dan Arif, pemilik Markobar lainnya. Jadilah Markobar membuka cabang di Jakarta, di bulan Desember 2015. Meski demikian, pada awal Markobar Cikini dibuka, belum banyak orang Jakarta yang tahu. Namun, tak butuh waktu lama untuk mendatangkan pembeli, karena usaha ini juga berpromosi lewat Facebook, Twitter, dan Instagram. Tak hanya itu, menu Markobar juga sudah ada di Go Food. Tak heran, kini antrean pembeli nyaris selalu membludak. Padahal, pemesanan sengaja dibuka setengah jam lebih awal dari jam buka pukul 17.00, untuk menghindari tumpukan pesanan. Namun, tetap saja antrean mengular. Pukul 16.30 begitu pemesanan dibuka, antrean sudah cukup panjang. Apalagi satu orang bisa memesan 5-10 loyang. Untuk di cabang lainnya, Markobar sudah mulai buka pukul 12.00. Hanya cabang di Jakarta saja yang buka pukul 17.00 dan tutup pukul 23.00.


Soal model, martabak Markobar di semua cabang sama, kecuali cabang pertama di Lapangan Kota Barat, Solo, yang masih menjual martabak konvensional alias martabak lipat. Selain di sana, semua cabang Markobar menjual martabak model piza yang terbuka. Sedangkan untuk varian, selain varian satu macam rasa, Markobar menyediakan varian empat rasa dan delapan rasa. Varian delapan rasa terdiri dari rasa Ceres, keju, Delfi, Cadbury, Silver Queen, KitKat, Nutella, dan Toblerone. Namun, pembeli juga boleh mengganti rasa sesuai keinginannya. Varian empat dan delapan rasa inilah yang menjadi favorit pembeli Markobar. Selain itu Markobar juga telah me-launching varian 16 rasa. Harga martabaknya sendiri dimulai dari Rp 40.000 sampai Rp 90.000, untuk varian delapan rasa. Semuanya dalam satu ukuran loyang, yaitu 22 cm untuk konsumsi 2-3 orang. Untuk penambahan topping tertentu dikenai tambahan biaya Rp 10.000 untuk topping green tea atau Ovomaltine, dan Rp 15.000 untuk Tim Tam Red Velvet. Sementara untuk varian 16 rasa, harganya Rp 150.000 dengan ukuran loyang 33 cm. Namun, sebetulnya harga di tiap kota berbeda-beda, tergantung biaya operasionalnya.

Markobar sendiri bermula dari usaha martabak di sentra kuliner kaki lima Lapangan Kota Barat, Solo, yang didirikan Budi, pria asal Solo pada 1996. Pada awal 2015, usaha ini diteruskan anak Budi, Arif Setyobudi, yang kemudian mengganti semua varian rasa dan mencetuskan varian delapan rasa. Saat di tangan Arif inilah, Gibran mengajaknya berkolaborasi membuat usaha martabak Markobar dengan konsep yang lebih modern. Berawal dari Markobar dengan konsep kafe di samping Solo Grand Mall, Markobar yang manajemennya ditangani Gibran dan Arif membuka cabang di dalam Mal Solo Square. Setelah itu, Markobar merambah ke Yogya, Semarang, dan Jakarta dengan beberapa di antaranya berkonsep kafe. Dan dalam waku dekat, Markobar juga akan membuka cabang di Surabaya dan Manado.


Kecuali cabang di Lapangan Kota Barat, Solo, manajemennya langsung ditangani oleh Gibran dan Arif. Jumlah pegawai untuk seluruh cabang lebih dari 60 orang, 13 orang di antaranya untuk cabang di Jakarta. Dengan jumlah pegawai ini, Markobar Jakarta sanggup melayani 200-250 loyang per hari pada hari biasa dan 300-350 loyang di akhir pekan.

Komentar