TPA PASAR BERINGHARJO, Satu-Satunya TPA Yang Ada Di Dalam Pasar Tradisional




Rasanya, tak ada pasar tradisional di Indonesia yang seistimewa Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Bayangkan, di pasar itu kini juga terdapat tempat penitipan anak (TPA) yang turut menyemarakkan denyut nadi pasar tertua di Kota Yogyakarta ini. Keberadaan TPA itu pun sangat membantu sebagian pedagang maupun buruh yang bekerja di pasar itu, yang sebelumnya kerap sulit untuk menitipkan anaknya saat mereka harus beraktivitas di pasar.

Lokasi TPA Pasar Beringharjo ada di sisi selatan pintu utama pasar, berhadapan dengan area parkir atau Pasar Sore. Bagian depan TPA tanpa halaman ini acap becek jika hujan turun. Sisi samping gedung adalah trotoar jalan. Dari dalam ruang tamu TPA, pandangan akan terhalang tumpukan garmen pedagang kaki lima. Gedung TPA ini awalnya kantor Dinas Pasar Beringharjo. Ketika pasar usai direnovasi setelah kebakaran, kantor Dinas Pasar lantas boyongan le lantai 3. Karena itu, kantor lama sempat dibiarkan kosong tak terawat. Kondisi ini, di tahun 1994, mengetuk hati istri Walikota Yogyakarta kala itu, sekaligus Ketua Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta, Ati Widagdo, yang ingin memanfaatkan gedung tersebut untuk tempat penitipan anak (TPA) bagi anak-anak pedagang pasar. Ini karena seringnya ia melihat pedagang pasar yang selalu  mengajak anak-anak batitanya saat berdagang.

Suasana pasar yang sebelumnya diwarnai lalu-lalang anak-anak itu memang mengundang keprihatinan Ati. Padahal anak-anak, seharusnya bermain dan belajar di tempat yang tepat. Maka jadilah anak-anak pedagang itu dikumpulkan di TPA yang didirikan di dalam pasar. Sore harinya, anak-anak itu bisa diambil lagi oleh orangtuanya. Namun saat itu, anak-anak hanya sekedar dikumpulkan dengan pembelajaran yang seadanya. Ketika pendidikan PAUD booming tahun 2004, Ati sudah tidak menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta, dan digantikan oleh Hj. Dyah Suminar, istri Walikota Heri Zudianto. Dyah lalu berinisiatif mengubah TPA Beringharjo menjadi sebuah TPA khusus pasar.


Atas kerja sama dengan Kementerian Sosial, akhirnya TPA itu pun terwujud dengan kurikulum yang tidak beda dengan TPA pada umumnya. Yang membedakan hanyalah ini merupakan TPA khusus pasar, sama halnya seperti TPA khusus pabrik, khusus rumah sakit, dan perkantoran. Dan TPA Pasar Beringharjo ini adalah satu-satunya TPA yang ada di pasar tradisional di Indonesia. Karena satu-satunya di Indonesia inilah, TPA Pasar Beringharjo sering mendapat kunjungan dari Pemda lain guna studi banding. Mereka rata-rata ingin belajar seperti apa TPA khusus pasar dan ingin menerapkan di daerahnya. Ada juga tamu-tamu Pemkot yang mendadak ingin berkunjung ke TPA setelah diberitahu bahwa Pemkot lewat APBD-nya mendanai TPA pasar ini.

Uniknya, tak jarang pula wisatawan lokal maupun asing yang tengah berbelanja ke Pasar Beringharjo menyempatkan singgah. Mereka merasa takjub, melihat di pasar ada TPA-nya. Lokasi TPA ini memang strategis. Dari trotoar yang dipakai pedagang kaki lima itu, para wisatawan bisa langsung melongok TPA. Keberlangsungan TPA Pasar Beringharjo setiap tahun ditopang dana APBD Kota Yogyakarta lewat Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP). Keberadaannya di bawah pengelolaan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta dengan istri Walikota sebagai Kepala Pengelola.

Untuk memasukkan anaknya ke TPA ini, orangtua terlebih dahulu melakukan pembayaran sebesar Rp 15.000 di awal tahun ajaran baru dan Rp 5000 per hari atau setiap kali masuk. Namun sebetulnya uang itu akan ‘dikembalikan’ ke anak-anak pedagang itu juga. Setiap jam 9 pagi, mereka mendapatkan makanan kecil, siang harinya makan siang yang diolah juru masak khusus. Menunya disusun Puskesmas per enam bulan sekali dan ada guru yang mengontrolnya. Lalu mulai tahun 2014, setiap anak juga dipungut Rp 165.000 saat pertama kali masuk ke sini. Uang itu akan dikembalikan dalam bentuk dua stel seragam kaus dan batik. Sementara pembayaran juga boleh diangsur semampunya. Setiap tahun, TPA Pasar Beringharjo hanya bisa menampung maksimal 70 anak, yang terdiri dari 50 anak pedagang dan karyawan pedagang Pasar Beringharjo, dan 20 lainnya untuk anak-anak karyawati toko di sekitar Malioboro. Karena tempatnya yang terbatas, setiap pedagang memang hanya boleh menitipkan satu orang anaknya saja. Sebetulnya ada pula anak masyarakat umum dan polisi yang juga ingin menitipkan anaknya di sini, tapi terpaksa ditolak. Bila ada pedagang atau buruh pasar yang tidak mampu membayar biaya Rp 5000 per hari pun tetap ditampung, dan akan diperlakukan sama dengan anak lainnya.

Aktivitas di TPA Pasar Beringharjo dimulai sejak pagi hari. Bahkan, ada anak-anak yang mulai dititipkan sejak TPA belum buka. Pasalnya, ada pedagang yang sudah mulai membuka lapak pukul 5.30. Sore jam 15.00 TPA ini sudah tutup. Jadi anak-anak bisa dijemput atau dibawa kembali ke pasar oleh orangtuanya, sampai pasar tutup. Pengajaran di TPA Pasar Beringharjo mengikuti kurikulum nasional. Namun, karena ini merupakan TPA khusus pasar, maka anak-anak juga diperkenalkan dengan lingkungan sekitar atau mini trip. Misalnya, mengenal aneka profesi di pasar, mulai tukang parkir, pemungut retribusi, sampai pedagang sayuran. Maka tak heran, bila anak pada umumnya bercita-cita menjadi dokter atau insinyur, anak-anak di TPA ini ada yang bercita-cita ingin menjadi pedagang batik seperti yang ada di Pasar Beringharjo.


Ada pula mini trip ke Taman Pintar. Di sini mereka bisa memakai fasilitas bus milik Pemkot, hingga para orangtua tidak perlu ditarik bayaran lagi. Atau mini trip berjalan kaki ke Benteng Vrederburgh yang letaknya hanya beberapa langkah dari TPA. Anak-anak pun juga diajak berbelanja ke pasar. Mereka sedikit diberi uang saku untuk dibelanjakan. Hasil belanjaan berupa sayuran akan diolah bersama keesokan harinya. Jadi, anak-anak bisa tahu apa apa hasil olahan jenis belanjaannya. Sementara setiap hari Senin mereka juga diajari melakukan upacara bendera. Agar guru tidak repot dan mencegah anak-anak terpisah, disiapkan tali panjang. Jadi anak-anak itu ke pasar sambil berbaris dengan dibatasi tali. Inilah yang menjadi pemandangan menarik bagi pedagang maupun pengunjung pasar.

Komentar

Posting Komentar